MASA
NOACHIS DI MARS
Cinta
itu mudah diucapkan tetapi terkadang sangat sulit untuk dimengerti dan
diartikan, tapi bagiku cinta itu adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang
sangat kuat dan ketertarikan individu atau orang lain. Tak ada habisnya bila
seseorang mengatakan kata cinta sudah sangat banyak dongeng yang ku dengar dari
mereka tentang cinta namun, tak pernah sedikitpun yang aku singgung tentang
kehidupan cintaku Ya, aku ini tak pernah peka lagi terhadap cinta semenjak
kejadian itu kini aku sadar bahwa aku seperti memainkan perasaannya walaupun
aku sendiri bingung kenapa dia bisa memilihku padahal aku adalah orang yang
terbuang yang terkadang selalu dicemooh oleh orang yang tak punya
prikemanusiaan seperti kasim namun tak sampai terpotong sedikitpun.
Meledaknya
cinta ini berawal dari sebuah kelompok yang guruku buat saat aku kelas 3
sekolah menengah pertama, dulu aku dan dia tak pernah sedikitpun saling menyapa
satu sama lain dia itu terlalu besar buatku khususnya dibagian badan dia lebih
pantas menjadi satpam sekolah bagiku meskipun tidak terlalu tinggi tapi sikap
dia sangat tegas. Semenjak kami bertukar nomor telepon-lah setelah kejadian
itu, kami berduapun semakin akab. Hampir setiap hari, ia menanyakan apa yang
sedang aku lakukan begitu pula aku, hingga pada suatu hari, saat aku selesai
mengikuti ekstrakulikuler pramuka aku seperti melihat dia samar-samar dari
kejauhan setelah ku dekati ternyata dia menungguku untuk pulang bareng memang
rumahnya sangat dekat hanya 3 blok dari rumahku. Pada saat aku masih SMP aku
belum bisa mengendarai motor dia adalah satu-satunya wanita yang membuat aku
kagum sekaligus membuat beberapa cowok-cowok lain termasuk aku menjadi minder
kenapa, karena dia wanita tetapi sudah bisa mengendarai motor bukan motor biasa
atau matik melainkan moge motor besar yang memiliki kopling, wanita saja
terkadang kalau naik motor matik pasti naik-turun gasnya alias labil, tapi dia
sudah bisa naik moge. Diapun mengajakku untuk naik motor bersamanya tapi aku menolaknya,
lalu aku bilang “gue belum bisa bawa motor segede itu mengendarai motor biasa
aja udah panik apalagi yang segede gitu!”. Diapun tertawa sambil berkata “ ya
engga mungkinlah gue suruh lo bawa motor ini kalo motor gue ngondek pas lo bawa
gimana?” akupun berkata “sialan lo tau deh yang punya motor gede awas ya kalo
lo pulang terus tabrakan gue ga mau bantu lo”. Sambil marah akupun berjalan
cepat aku berpendapat kalau dia ternyata sama seperti yang lain tak pernah bisa
menghargai orang lain, sambil berjalan ia terus meminta maaf dan terus mengajak
ku berboncengan dengannya tapi aku terus menolak dengan diam tanpa bicara.
Sudah
tak diragukan lagi dia menancap gasnya lalu pulang kerumahnya dugaanku benar
dia memang bukan sahabat ataupun teman. “seharusnyakan dia memaksaku atau
menghalangi jalanku biar aku ga bisa lewat eh dia malah pulang, padahal
sebenernya aku mau sih pulang bareng dia abis cape kalo jalan terus” gumamku
sambil berjalan, dipertengahan jalan kulihat ada angkot yang berhenti dan
ternyata yang turun adalah dia wanita yang kupikir tak mempunyai perasaan dia
menyebrang jalan dan menghampiriku “Loh! Kok tas dan baju sekolahnya masih lo
pake?”, aku bertanya terheran-heran diapun menjawab “ya ga apa-apa pengen pulang
jalan kaki aja” akupun berfikiran kalau dia ini gila, tapi sepanjang perjalanan
kami malah jadi bercanda seolah-olah melupakan segalanya yang pernah terjadi.
Saat
aku dan dia ingin mengaji dimasjid akupun tak lupa menyamper dia, di
pertengahan jalan dia berkata tentang cinta si inilah si itulah yang mempunyai
pacar baru di kelas, hingga pada akhirnya dia berkata kepadaku “tipe cewe lo
kaya apa sih?” akupun menjawab “ga punya tipe” dia menyahut lagi “masa?” aku
menjawab lagi “yaa paling yang bisa nerima kekurangan gue itu aja” dia berkata
lagi “yee, brarti lo punya tipe oneng!”. Aku lalu bertanya hal yang sama
kepadanya namun aku kaget dia berkata “tipe gue yang kaya lo gitu dehh...” tapi
aku menanggapnya biasa malah aku anggap itu kegilaan dia saja tapi dia selalu
mencoba menegaskan perasaannya meskipun akhirnya selalu aku anggap itu candaan
semata, karena pada saat itu aku beranggapan semua wanita hanya menyukai uang,
tampan, motor, keren sementara seperempat dari itu saja aku tak punya. Setiap
hari aku mengaji dengannya dia selalu saja membicarakan cinta sementara aku
hanya diam dan hanya mengangguk saja tak luput, dia terkadang suka memberikan
sinyal kecil yang membuatku ge’er. Kadang aku suka bertanya kepada dia soal
ketertarikannya berteman denganku dia menjawab aku ini baik, religius, rajin,
sopan, ga pernah bolos sekolah, dan sangat dekat dengan guru dan sering masuk
10 besar ranking di kelas. Itu adalah benih yang dia suka dari aku oleh karena
itu mulai kelas 3 ini dia ingin lebih serius lagi belajar supaya bisa mengikuti
jejak prestasiku di kelas.
Hari
demi hari berjalan begitu cepat sejak awal bulan September sampai ujian itu
akan dimulai aku lupa tepatnya tanggal dan bulan berapa tetapi setelah
menghadapi try out, usek, uas, un dan ujian praktek sekolah, akupun mulai
mencari sekolah baru awalnya aku dan dia ingin satu sekolah lagi biar enak
soalnya hatiku nyaman sama dia tapi keesokan harinya dia memutuskan untuk
sekolah di bandung dan tinggal bersama bibinya, akupun merasa kehilangan sosok
yang membuat aku nyaman dan ingin rasanya memutar waktu yang pernah ku miliki
bersamanya.
Dahulu
aku berfikir kalau sikap dia terlalu berlebihan dan agresif, tapi aku sadar
sekarang dengan maksudnya itu, mungkin orang-orang berfikir kalau lebih baik
dicintai dari pada mencintai seseorang. Tapi itu tak berlaku bagi dia mungkin
memang lebih baik mencintai seseorang dari pada dicintai, karena jika kita
mencintai seseorang kita akan merasa bahagia, meskipun hati kita merasa
tersakiti karena tidak dicintai, tetapi jika kita dicintai seseorang dan kita
tidak mencintai orang tersebut, maka kita akan terus merasa bersalah karena
telah menerima orang yang tidak kita cintai dan dia akan tersakiti, karena
bagiku lebih baik tersakiti dari pada menyakiti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar