Selasa, 03 Juni 2014

CERPEN "MASA NOACHIS DI MARS" KARYA HINDRA



MASA NOACHIS DI MARS

Cinta itu mudah diucapkan tetapi terkadang sangat sulit untuk dimengerti dan diartikan, tapi bagiku cinta itu adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang sangat kuat dan ketertarikan individu atau orang lain. Tak ada habisnya bila seseorang mengatakan kata cinta sudah sangat banyak dongeng yang ku dengar dari mereka tentang cinta namun, tak pernah sedikitpun yang aku singgung tentang kehidupan cintaku Ya, aku ini tak pernah peka lagi terhadap cinta semenjak kejadian itu kini aku sadar bahwa aku seperti memainkan perasaannya walaupun aku sendiri bingung kenapa dia bisa memilihku padahal aku adalah orang yang terbuang yang terkadang selalu dicemooh oleh orang yang tak punya prikemanusiaan seperti kasim namun tak sampai terpotong sedikitpun.
Meledaknya cinta ini berawal dari sebuah kelompok yang guruku buat saat aku kelas 3 sekolah menengah pertama, dulu aku dan dia tak pernah sedikitpun saling menyapa satu sama lain dia itu terlalu besar buatku khususnya dibagian badan dia lebih pantas menjadi satpam sekolah bagiku meskipun tidak terlalu tinggi tapi sikap dia sangat tegas. Semenjak kami bertukar nomor telepon-lah setelah kejadian itu, kami berduapun semakin akab. Hampir setiap hari, ia menanyakan apa yang sedang aku lakukan begitu pula aku, hingga pada suatu hari, saat aku selesai mengikuti ekstrakulikuler pramuka aku seperti melihat dia samar-samar dari kejauhan setelah ku dekati ternyata dia menungguku untuk pulang bareng memang rumahnya sangat dekat hanya 3 blok dari rumahku. Pada saat aku masih SMP aku belum bisa mengendarai motor dia adalah satu-satunya wanita yang membuat aku kagum sekaligus membuat beberapa cowok-cowok lain termasuk aku menjadi minder kenapa, karena dia wanita tetapi sudah bisa mengendarai motor bukan motor biasa atau matik melainkan moge motor besar yang memiliki kopling, wanita saja terkadang kalau naik motor matik pasti naik-turun gasnya alias labil, tapi dia sudah bisa naik moge. Diapun mengajakku untuk naik motor bersamanya tapi aku menolaknya, lalu aku bilang “gue belum bisa bawa motor segede itu mengendarai motor biasa aja udah panik apalagi yang segede gitu!”. Diapun tertawa sambil berkata “ ya engga mungkinlah gue suruh lo bawa motor ini kalo motor gue ngondek pas lo bawa gimana?” akupun berkata “sialan lo tau deh yang punya motor gede awas ya kalo lo pulang terus tabrakan gue ga mau bantu lo”. Sambil marah akupun berjalan cepat aku berpendapat kalau dia ternyata sama seperti yang lain tak pernah bisa menghargai orang lain, sambil berjalan ia terus meminta maaf dan terus mengajak ku berboncengan dengannya tapi aku terus menolak dengan diam tanpa bicara.
Sudah tak diragukan lagi dia menancap gasnya lalu pulang kerumahnya dugaanku benar dia memang bukan sahabat ataupun teman. “seharusnyakan dia memaksaku atau menghalangi jalanku biar aku ga bisa lewat eh dia malah pulang, padahal sebenernya aku mau sih pulang bareng dia abis cape kalo jalan terus” gumamku sambil berjalan, dipertengahan jalan kulihat ada angkot yang berhenti dan ternyata yang turun adalah dia wanita yang kupikir tak mempunyai perasaan dia menyebrang jalan dan menghampiriku “Loh! Kok tas dan baju sekolahnya masih lo pake?”, aku bertanya terheran-heran diapun menjawab “ya ga apa-apa pengen pulang jalan kaki aja” akupun berfikiran kalau dia ini gila, tapi sepanjang perjalanan kami malah jadi bercanda seolah-olah melupakan segalanya yang pernah terjadi.
Saat aku dan dia ingin mengaji dimasjid akupun tak lupa menyamper dia, di pertengahan jalan dia berkata tentang cinta si inilah si itulah yang mempunyai pacar baru di kelas, hingga pada akhirnya dia berkata kepadaku “tipe cewe lo kaya apa sih?” akupun menjawab “ga punya tipe” dia menyahut lagi “masa?” aku menjawab lagi “yaa paling yang bisa nerima kekurangan gue itu aja” dia berkata lagi “yee, brarti lo punya tipe oneng!”. Aku lalu bertanya hal yang sama kepadanya namun aku kaget dia berkata “tipe gue yang kaya lo gitu dehh...” tapi aku menanggapnya biasa malah aku anggap itu kegilaan dia saja tapi dia selalu mencoba menegaskan perasaannya meskipun akhirnya selalu aku anggap itu candaan semata, karena pada saat itu aku beranggapan semua wanita hanya menyukai uang, tampan, motor, keren sementara seperempat dari itu saja aku tak punya. Setiap hari aku mengaji dengannya dia selalu saja membicarakan cinta sementara aku hanya diam dan hanya mengangguk saja tak luput, dia terkadang suka memberikan sinyal kecil yang membuatku ge’er. Kadang aku suka bertanya kepada dia soal ketertarikannya berteman denganku dia menjawab aku ini baik, religius, rajin, sopan, ga pernah bolos sekolah, dan sangat dekat dengan guru dan sering masuk 10 besar ranking di kelas. Itu adalah benih yang dia suka dari aku oleh karena itu mulai kelas 3 ini dia ingin lebih serius lagi belajar supaya bisa mengikuti jejak prestasiku di kelas.
Hari demi hari berjalan begitu cepat sejak awal bulan September sampai ujian itu akan dimulai aku lupa tepatnya tanggal dan bulan berapa tetapi setelah menghadapi try out, usek, uas, un dan ujian praktek sekolah, akupun mulai mencari sekolah baru awalnya aku dan dia ingin satu sekolah lagi biar enak soalnya hatiku nyaman sama dia tapi keesokan harinya dia memutuskan untuk sekolah di bandung dan tinggal bersama bibinya, akupun merasa kehilangan sosok yang membuat aku nyaman dan ingin rasanya memutar waktu yang pernah ku miliki bersamanya.
Dahulu aku berfikir kalau sikap dia terlalu berlebihan dan agresif, tapi aku sadar sekarang dengan maksudnya itu, mungkin orang-orang berfikir kalau lebih baik dicintai dari pada mencintai seseorang. Tapi itu tak berlaku bagi dia mungkin memang lebih baik mencintai seseorang dari pada dicintai, karena jika kita mencintai seseorang kita akan merasa bahagia, meskipun hati kita merasa tersakiti karena tidak dicintai, tetapi jika kita dicintai seseorang dan kita tidak mencintai orang tersebut, maka kita akan terus merasa bersalah karena telah menerima orang yang tidak kita cintai dan dia akan tersakiti, karena bagiku lebih baik tersakiti dari pada menyakiti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar