Minggu, 03 November 2013

Makalah Menyimak (Gaya Bahasa dan Nada Tutur)



BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berbicara di depan umum sebenarnya bukanlah hal yang sulit, namun juga bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Itu semua tergantung pada faktor kesiapan kita selaku pembicara. Kesiapan mental atau psikologis dan penguasaan materi yang akan disampaikan sangat berpengaruh terhadap baik buruknya proses pelaksanaan berbicara di samping persiapan yang lain. Pada dasarnya tujuan seseorang berbicara adalah untuk menyampaikan pesan, informasi, maupun gagasan kepada orang lain sebagai pendengar atau lawan bicara. Salah satu sarana yang diperlukan tentu saja bahasa. Sebagai seorang pembicara, kita harus pandai-pandai menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi. Hal itu disebabkan, dalam proses komunikasi bahasa yang baik belum tentu benar dan bahasa yang benar belum pasti baik.
Bagi orang yang belum pernah berbicara di depan umum tentu akan mengalami nervous bila mendapatkan tugas melakukan itu. Di dalam pikirannya akan terbayang segala hal yang menyulitkan, seperti cemoohan, sikap acuh tak acuh, maupun suasana ramai dari pendengar. Begitu pula yang terjadi pada calon guru yang akan melakukan tugas mengajar pertama kalinya pada saat praktik lapangan. Maka dari itu sebagai calon guru kita perlu membiasakan diri untuk berbicara dengan baik dan telaten, untuk dapat melakukan hal itu maka diperlukan juga mempelajari Gaya dan Nada Tutur dalam berbicara agar dapat berbicara dikhalayak umum dengan baik.






2. Rumusan masalah
  1. Mengetahui apa itu gaya bahasa? 
  2. Apa saja jenis-jenis gaya bahasa? 
  3. Bagaimana gaya berbicara yang baik dan benar? 
  4. Apa itu nada tutur? 
  5. Apa saja jenis nada tutur

3. Tujuan
  1. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut: 
  2. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pengertian gaya berbicara dan nada tutur. 
  3. Meningkatkan pengetahuan tentang jenis-jenis gaya berbicara. 
  4. Mengetahui gaya berbicara yang benar, agar jalannya pembicaraan dapat berlangsung lancar tanpa hambatan.







  
  
BAB II
GAYA BAHASA DAN NADA TUTUR

1. Pengertian gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara penggunaan bahasa dari seseorang dalam konteks tertentu dan untuk tujuan tertentu. Abrams menyatakan bahwa gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan. Lecch dan Short juga berpendapat bahwa, gaya bahasa adalah penggunaan bahasa dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu untuk tujuan tertentu. Sedangkan, menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana (Kamus Linguistik (1982), gaya bahasa mempunyai tiga pengertian, yaitu:
1.  pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis;
2.  pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu;
3.  keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
Maka gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan tujuan memperoleh efek tertentu. 

2. Jenis-jenis Gaya Bahasa
Gaya bahasa dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang. Keraf membagi gaya bahasa, dengan uraian sebagai berikut.
A. Gaya Bahasa Dilihat dari Segi Nonbahasa
Dilihat dari segi nonbahasa, style terdiri atas:
1. Berdasarkan pengarang.
Gaya yang disebut sesuai dengan nama pengarang dikenal berdasarkan ciri pengenal yang digunakan pengarang atau penulis dalam karangannya. Pengarang yang kuat dapat mempengaruhi orang-orang sejamannya (2008: 115). Contoh gaya bahasa ini, misalnya gaya Chairil dan gaya Sutardji dalam penggalan puisi mereka di bawah ini.
Chairil: Penerimaan
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Kangan tunduk! Tentang aku dengan berani……( Pradopo, 2003: 133-134)
Sutardji: Amuk
Tubuh tak habis ditelan laut tak habis dimatahari
luka tak habis dikoyak duka tak habis digelak
langit tak habis dijejak burung tak habis di
kepak erang tak sampai sudah malam tak sampai
gapai itulah aku
(Atmazaki, 1993: 71)
Berdasarkan dua penggalan puisi penyair di atas, dapat dilihat perbedaan gaya antara keduanya.Chairil anwar melalui puisinya berjudul Penerimaan memiliki gaya romantis dengan penggunaan bahasa klise, yakni majas simile untuk mengungkapkan perasaannya terhadap ‘kau’. Lain halnya dengan Sutardji Coulsum Bakhri yang selalu menampilkan puisi-puisinya yang padat kata dan lebih menekankan pada aspek bunyi. Hal tersebut diasumsikan bahwa kata tidak sepenuhnya dapat menggambarkan perasaan.
2. Berdasarkan kurun waktu. Gaya (style) yang muncul karena ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tertentu. Misalnya, gaya lama, gaya klasik dan gaya sastra modern (2008: 116). Contoh gaya bahasa berdasarkan kurun waktu, dapat dilihat pada sastra Indonesia angkatan 20 dan sesudahnya. Periodisasi sastra Indonesia oleh  Boejoeng Saleh pada tahun 1958 (Pradopo, 2003: 15), menyatakan bahwa periode antara tahun 20-an hingga tahun 1933 terutama mengemukakan pergulatan para sastrawan dengan roman-roman berbahasa melayu lama sebagai gayanya tetapi mengandung unsure-unsur modern di dalam isinya. Periode antara 1933 hingga 1942 dikatakan bahwa kesusastraan telah tegas merupakan kesusastraan Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa melayu (Pradopo, 2003: 16).
3. Berdasarkan medium. Medium dalam hal ini adalah bahasa dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial pemakaiannya, dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang berasal dari bahasa Jerman akan memiliki gaya yang berlainan bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, Prancis atau lainnya (2008: 116).
4. Berdasarkan Subjek. Subjek yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa sebuah karangan. Berdasarkan hal ini, dikenal gaya; filsafat, ilmiah (hokum, teknik, sastra dsb), popular, didaktik dan lain-lain (2008: 116).
Berdasarkan tempat. Gaya (style) ini mendapat namanya dari lokasi geografis karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi ungkapan atau eksppresi bahasanya. Misalnya; gaya Jakarta, gaya Jogjakarta dan lain-lain (2008: 116).
5. Berdasarka hadirin. Seperti halnya dengan subjek maka hadirin atau jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang pengarang. Contohnya; gaya popular yang cocok untuk rakyat banyak, gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau lingkungan yang terhormat (2008: 116).
6. Berdasarkan tujuan. Gaya (style) berdasarkan tujuan memperoleh namanya dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang yang ingin mencurahkan gejolak emotifnya. Contoh gaya berdasarkan tujuannya antara lain; gaya sentimental, gaya sarkastik, gaya diplomatis gaya agung atau luhur gaya teknis atau informasional dan gaya humor.
B. Gaya Bahasa (Style) Dilihat dari Segi Bahasa
Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, gaya bahasa (style) dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, antara lain.
1.  Gaya Bahasa (Style) Berdasarkan Pilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa (style) mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa (style) ini mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu (2008: 117). Pernyataan tersebut, mengindikasikan bahwa gaya bahasa (style) dilihat berdasarkan pemilihan kata (diksi) dengan asumsi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai ataukah tidak. Selain itu, gaya (style) ini mempersoalkan ketepatan strutur unsur-unsur bahasa, baik kata, frasa, klausa sampai kalimatnya. 
Gaya bahasa (style) berdasarkan pilihan kata dapat dilihat pada gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi dan gaya percakapan. Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang dihapkan mempergunakannyadengan baik dan terpelihara. Gaya bahasa tak resmi dipergunakan dalam kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya bahasa percakapan adalah gaya yang memiliki pilihan kata berupa kata-kata popular dan kata-kata percakapan (2008: 117-120). 

2.  Gaya Bahasa (Style) Berdasarkan Nada 
Gaya bahasa (style) berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana Sugesti tersebut akan lebih nyata bila diikuti dengan sugesti suara dari pembicara, bila yang dihadapi adalah bahasa lisan (2008: 121). Gaya bahasa berdasarkan nada tidak dijelaskan lebih lanjud karena nada seorang pengarang tidak dapat diidentifikasi melalui teks atau karyasastra.

3.  Gaya Bahasa (Style) Bardasarkan Struktur Kalimat 
  Berdasarkan struktur kalimatnya, gaya bahasa (style) dapat dapat dibedakan menjadi.
Klimaks, merupakan gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya (2008: 124).
Antiklimaks, mrupakan gaya bahasa yang gagasan-gagasannya yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting (2008: 125).
Pararelisme, semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama (2008: 126)
Antitesis, merupakan gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan (2008: 126)
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai (2008: 127). Repetisi dapat berupa kata, frasa, klausa atau kalimat.

3. Gaya berbicara
Dalam kegiatan berbicara di depan umum, ada empat hal yang harus diperhatikan agar jalannya pembicaraan dapat berlangsung lancar tanpa hambatan yang berarti:
1. Memiliki kemauan atau maksud yang ingin disampaikan kepada orang lain berupa pikiran maupun pendapat.
2. Harus disadari bahwa pembicara adalah pemakai bahasa dalam membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata.
3. Pembicara merupakan seseorang yang harus disimak dan didengarkan dalam menyampaikan maksudnya.
4. Pembicara adalah seseorang yang harus dilihat dan diperhatikan, baik penampilan maupun tindakannya.
Ekspresi fisik, ucapan, dan lagu memegang peran penting terhadap keberhasilan seseorang dalam berbicara di depan umum. Yang dimaksud dengan ekspresi fisik adalah bagaimana sikap, gerakan, dan mimik pembicara di depan pendengar, sesuaikah dengan maksud yang ingin disampaikan? Ekspresi ucapan berupa pelafalan kata yang tepat, pengucapan vokal dan konsonan yang jelas, serta artikulasi yang baik. Sedangkan ekspresi lagu meliputi tinggi rendahnya, keras lembutnya, cepat lambatnya kalimat ujaran, dan penempatan jeda yang tepat. Apabila ketiga macam ekspresi ini dapat terpenuhi oleh seorang pembicara, akan menumbuhkan pandangan dan penilaian yang meyakinkan dari pendengar.
 Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian di antaranya adalah menguasai materi atau permasalahan yang hendak dibicarakan. Salah satu caranya dapat dengan mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan, kemudian mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Dengan menguasai permasalahan dapat menumbuhkan keyakinan diri untuk berani tampil berbicara di depan umum. Bagaimana mungkin kita dapat menyampaikan sesuatu dengan baik bila kita tidak memahami sesuatu tersebut.
Di samping penguasaan materi, perlu pula dikuasai penguasaan ruang dan pendengar. Tempatkanlah diri pada posisi yang dapat dengan jelas dilihat dan diperhatikan pendengar, serta dapat pula melihat dan memperhatikan pendengar.  Mulailah pembicaraan apabila situasi sudah memungkinkan dan usahakanlah menjadi titik pusat perhatian. Untuk memancing perhatian pendengar, gunakanlah kalimat pengantar yang dapat mengarah pada topik pembicaraan. Dapat pula dengan menginformasikan tujuan dan pentingnya pembicaraan agar pendengar tertarik untuk mengikuti jalannya pembicaraan.
Penggunaan ekspresi yang tepat perlu pula diperhatikan. Berikanlah pandangan menyeluruh kepada setiap pendengar dengan maksud memberikan perhatian akan pentingnya kedudukan pendengar pada kegiatan tersebut. Sertakan pula gerak-gerik yang membantu, sikap dan penampilan yang sopan, serta gunakan bahasa yang tepat yang diikuti intonasi dan artikulasi yang jelas.
Di samping hal-hal tersebut di atas, keberhasilan seseorang dalam berbicara juga ditentukan oleh keadaan fisik dan kejiwaannya. Apabila ia sedang dalam keadaan tidak prima, baik kesehatan badan maupun jiwanya, rasanya suatu keberhasilan akan sulit tercapai. Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah kemauan untuk terus berusaha dan belajar. Di mana ada kemauan berusaha, di situlah terbentang jalan.

4. Nada tutur
Nada tutur adalah suatu jenis unsur suprasegmental yang ditandai oleh tinggi-rendahnya arus-ujaran. Tinggi rendahnya arus-ujaran terjadi karena frekuensi getaran yang berbeda antar segmen. Bila seseorang berada dalam kesedihan ia akan berbicara dengan nada yang rendah. Sebaliknya bila berada dalam keadaan gembira atau marah, nada tinggilah yang biasanya dipergunakan orang. Suatu perintah atau pertanyaan selalu disertai nada yang khas. Nada dalam ilmu bahasa biasanya dilambangkan dengan angka misalnya /2 3 2/ yang berarti segmen pertama lebih rendah bila dibandingkan dengan segmen kedua, sedangkan segmen ketiga lebih rendah dari segmen kedua. Dengan nada yang berbeda, bidang arti yang dimasukinya pun akan berbeda.

5. Jenis-jenis nada tutur 
  1. Tuturan Langsung : Informasi secara lisan, diperoleh dari narasumber secara langsung.
  2. Tuturan Tidak Langsung : informasi yang disampaikan secara lisan dan diperoleh secara tidak langsung
  • CONTOH
1.      Tuturan Langsung : percakapan sehari-hari, pidato, diskusi, komentar lisan, dan wawancara.
2.      Tuturan Tidak Langsung : Internet, radio, televisi, rekaman
  • CIRI-CIRI
1.      Tuturan Langsung : Hanya dapat didengar sekali saja
2.      Tuturan Tidak Langsung : Dapat didengar berulang-ulang


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Jadi, Gaya Bahasa dan Nada Tutur sangat perlu dipelajari karena memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan, informasi, maupun gagasan kepada orang lain sebagai pendengar atau lawan bicara. Dalam melakukan Gaya Bahasa dan Nada Tutur hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Memiliki ekspresi fisik dalam ucapan 
  2. Menggunakan bahasa yang baik dan benar 
  3. Menguasai materi atau permasalahan yang hendak dibicarakan 
  4. Penguasaan ruang dan pendengar 
  5. Keadaan fisik dan kejiwaannya.



DAFTAR PUSTAKA

·         http://wikipedia.com/gaya dan nada tutur

·         http://id.pdfsb.com/gaya berbicara


·         http://ui.ac.id/GayaBahasa

·         http://mazidatulkhoir.wordpress.com/2012/10/07/gaya-bahasa-dalam-karya-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar